Malang, IP – Pada umumnya, seseorang yang sudah berusia senja akan sibuk menikmati hidup dengan berkumpul bersama keluarga atau melihat sisi-sisi indahnya dunia. Akan tetapi, hal ini rupanya tidak berlaku bagi Mbah Sri Suwarni atau yang akrab diÂsapa Mbah Sri.
Pada usianya yang menginjak leÂbih dari 70 tahun, api semangat dalam diri Mbah Sri untuk bekerja masih teÂrus bergejolak. Sepertinya, usia hanya angÂka yang tidak bisa menghentikan semangatnya untuk bekerja.
Baca Juga :
Membatik Demi Jaga Warisan Nenek Moyang
Rahayu: Niat Belajar Itu Ibadah, Menjadi Wisudawan Terbaik Adalah Bonus
Festival Singhasari, Napak Tilas Kerajaan Singosari di Kota Malang
Sehari-hari, Mbah Sri berjualan jajanan pasar seperti cenil, lupis, klepon, dan sate-satean rempelo. Berangkat menggunakan mikrolet, ia menjajakan dagangan dengan berkeliling. Tak jarang juga Mbah Sri mangkal di sekitar Fakultas Kedokteran Universitas BrawiÂjaya.
Alasan Mbah Sri tetap bekerja di usia senja karena murni keinginanÂnya. Sejak muda, dia sudah terbiasa untuk berjualan. Hal itu bermula ketika Mbah Sri memasuki usia SD. Tetapi karena sesuatu hal, ia tidak bisa melanjutkan pendidikan dan terpaksa berhenti di kelas III.
Saat itu, Mbah Sri ditawari oleh tetangganya untuk menjualkan kue-kue milik tetangganya tersebut. Akhirnya karena berniat membantu orang tua, Mbah Sri pun memulai langkah berdagang saat usia baru 10 tahun.
Awal berjualan, Mbah Sri berkeliÂling di daerah Pasar Besar Malang. Hal ini ia lakukan hingga 55 tahun lamaÂnya. Sampai suatu saat pasar tersebut kebakaran dan mengharuskan Mbah Sri untuk berjualan keliling di tempat-tempat lain Baca konten selengkapnya di Tabloid Inspirasi Pendidikan