Berkarya Tak Kenal Lelah Berinovasi Tiada Henti

0
Demi Pristifona Guru SDN 9 Sumberpucung menerima penghargaan 5 terinovasi dalam IGA 2023.

Kab Malang, IP – Demi Pristifona, seorang guru di SDN 9 Sumberpucung mencontohkan bahwa selain menjadi guru harus bisa melahirkan banyak karya dan prestasi.

Baca Juga: 

 

International Credit Transfer ke UiTM, STIKI Perkaya Perspektif Global Mahasiswa

 

Terinspirasi COC, Guru SD Muhammadiyah 8 Kota Malang Bikin Clash of Sains

Menjadi guru sejak tahun 2003 sebagai guru bantu dan diangkat menjadi ASN tahun 2005, sudah banyak sekali karya dan prestasi yang ia raih. Antara lain sebagai National Best Teacher, Best Teacher Publik Speaking, The Big Presentation Ruang Guru, dan masih banyak lagi.

Beberapa karya berupa inovasi yang dilakukan dia diantaranya dengan judul “Menciptakan Branding Sekolah dengan Membuat Bayam Brazil Crispy”. Dalam inovasi ini, dampak positif yang diperoleh adalah dengan branding sekolah berupa bayam brazil crispy bagi peserta didik yaitu wellbeing dan gemar makan sayur tanpa harus membeli.

“Peserta didik diberi bekal life skill kewirausahaan dengan memproduksi bayam Brazil crispy dengan kemasan yang berstiker, kebutuhan peserta didik akan makanan sehat terpenuhi, bertambahnya finansial peserta didik,” ujar wanita yang lahir di Sumberpucung, Kabupaten Malang pada tanggal 31 Agustus 1973 ini.

Sedangkan dampak bagi sekolah yaitu memiliki branding sekolah yang inovatif, memiliki inovasi dalam program guru penggerak, karena sekolah berorientasi merdeka belajar. Melalui Kurikulum Merdeka yang mengimplementasikan P5, maka peserta didik baru bertambah karena tertarik bersekolah di SDN 9 Sumberpucung.

Karya berikutnya diberi judul “Game Edukasi Learning”, sebuah pembelajaran berbasis game yang dilatarbelakangi oleh pembelajaran yang dilakukan di kelas V SDN 9 Sumberpucung selama ini baru menggunakan media whatsapp group. Media tersebut dirasa kurang mampu menumbuhkan semangat belajar peserta didik, karena komunikasi yang terjadi Cuma satu arah.

“Guru memberikan tugas sedangkan peserta didik mengirimkan tugas dalam bentuk foto, sering kali peserta didik terlambat bahkan mengumpulkan tugas di hari berikutnya,” tegasnya.

Adanya fakta empiris yang mendasari untuk menyelesaikan masalah tersebut yakni guru dituntut untuk menguasai game edukasi. Sehingga untuk menyelesaikan permasalahan ini ia mencoba melakukan pembelajaran menggunakan game edukasi di sekolah, khususnya dengan menggunakan game Wordwall Baca konten selengkapnya versi cetak di Tabloid Inspirasi Pendidikan Edisi 132

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News