Cita-cita Kemerdekaan untuk Pendidikan

0

Setiap tanggal 17 Agustus, kita sebagai warga negara Indonesia selalu memperingati Hari Kemerdekaan. Sebuah hari yang lahir atas perjua­ngan para tokoh pahlawan yang berha­sil membawa Indonesia lepas dari penjajahan bangsa asing.

Berkat perjuangan tersebut, bangsa Indonesia sejak puluhan tahun silam berhasil memiliki cita-cita kemerdekaan yang termaktub dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke empat. Satu diantaranya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Memang seyogianya, merdeka tidak hanya diartikan lepas dari tangan penjajah. Lebih dari itu, bangsa yang merdeka juga berarti bangsa yang terbebas dari segala bentuk eksploitasi, ketidak­adilan, dan terbebas dari kebodohan.

Baca Juga :

Mendongkrak Budaya Khas Nusantara

Malang Halal sebagai Center of Halal Tourism, Bukan Halal City

Karenanya pendidikan tentu menjadi alat yang paling tepat dalam upaya mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa. Mengingat pendidikan memiliki peran krusial untuk membebaskan suatu bangsa dari kebodohan.

Hal ini didukung oleh Ki Hajar Dewantara Bapak Pendidikan Indonesia, menurutnya salah satu tujuan pendidikan adalah meningkatkan kecerdasan otak dan membentuk budi pekerti peserta didik.

Sementara itu mengutip artikel Arif Satria (2022) berjudul ‘Kemerdekaan, Kemiskinan, dan Pendidikan’ , pendidikan menjadi institusi terbaik untuk meningkatkan kualitas kaum muda. Melalui pendidikan pula, kemiskinan dan pengangguran bisa ditekan.

Bahkan salah satu tokoh dunia Nelson Mandela, seorang revolusioner antiapartheid dan Presiden Afrika Selatan tahun 1994 sampai 1999 pernah mengatakan bahwa pendidikan merupakan senjata paling ampuh untuk mengubah dunia.

Namun dengan segala pentingnya pendidikan sebagai alat mewujudkan cita-cita kemerdekaan, pendidikan di Indonesia masih dirundung berbagai persoalan.

Antara lain terkait akses mendapat pendidikan, masih banyak warga Indonesia kesulitan mendapat pendidikan karena biaya yang mahal. Terutama di tingkat perguruan tinggi, sehingga tidak semua orang mendapat kesempatan belajar di bangku perkuliahan. Bahkan lebih sederhana penulis bisa menyebutkan, pendidikan tinggi hanya bisa diakses oleh “si kaya” dan “si pintar”  Baca konten selengkapnya di Tabloid Inspirasi Pendidikan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News