Nama : Arief Rahman Hakim
Status : Dosen UIN Malang
E-mail : [email protected]
Dalam Riwayat imam bukhori sayyidah aisyah pernah bercerita bahwa saat al Qur’an turun, saat itu Madinah musim dingin namun kening Rosulullah sampai berkeringat. Allah berfirman dalam surat al Muzammil ayat: 5 “Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu” dalam surat al hasr ayat: 21 Allah juga menggambarkan: “Sekiranya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir” ayat ini menunjukkan kebesaran dan keagungan al Qur’an.
Orang yang cinta al qur’an adalah orang yang dicintai Allah dan Rosulnya. Dalam Riwayat Ibnu Mas’ud rosulullah bersabda”Barangsiapa yang ingin dicintai Allah dan Rosulnya hendaknya dilihat, apa bila ia cinta terhadap Al Qur’an maka berarti ia cinta kepada Allah dan Rosulnya”
Membaca al Qur’an memiliki banyak keutamaan diantaranya dalam Riwayat imam thabrani. Sebuah hadist marfu’ tentang fadlilah membaca al Qur’an” “Barangsiapa menghatamkan Al Qur’an maka ia memiliki Doa yang mustajab”.
Al Qur’an memiliki banyak nama antara lain: al Qur’an, Al Furqon pembeda, Al Tanzil, Adz Dzikr, Al Kitab. Allah SWT juga mensifati Al Qur’an dengan beberapa sebutan antara lain, Al qur’an adalah Nur cahaya, Huda petunjuk, Rohmah kasih sayang, Syifa’ obat, Mauidzah nasehat, Aziz mulia, Mubarok diberkahi, Basyir kabar gembira, Nadzir Kabar buruk dan masih ada lagi yang menunjukkan keagungan Al Qur’an.
Al Qur’an adalah kalamullah, ia melekat dengan sifat Allah SWT. Al Qur’an adalah mu’jizat rosulullah SAW yang diwariskan kepada umatnya untuk dipegang teguh hingga akhir zaman. Gambaran tentang Al Qur’an tidak ada yang paling lengkap dari apa yang sampaikan sendiri oleh Rosulullah dalam hadistnya yang diriwayatkan oleh imam tirmidzi dalam kitab sunannya bab fadlailul Qur’an Rolulullah bersabda “bahwa suatu saat akan terjadi fitnah ujian. sahabat ada yang bertanya: Lalu bagaimana jalan keluar darinya wahai Rosulullah, Rosulullah menjawab: “kitabullah fihi nabau man qoblakum kitab Allah (al Qur’an) di dalamnya ada berita orang sebelum kalian, berita tentang yang akan datang, hukum yang terjadi diantara kalian, ia jelas tidak gurauan, siapa yang meninggalkannya karena kesombongan Allah akan membinasakannya, siapa mencari petunjuk dari selainnya maka Allah akan menyesatkannya, ia adalah tali Allah yang kuat, ia adalah pengingat yang bijak, ia adalah jalan yang lurus, ia yang tidak bisa dibengkokkan dengan hawa nafsu, tidak tercampur lisan manusia, tidak pernah habis dipelajari oleh ulama’, tidak sirna karomahnya dengan banyak dibaca, tidak habis keajaibannya, para jin sampai berkata: dalam surat jin ayat 1-2. (Kami mendengar al Qur’an sambal takjub, ia menunjukkan jalan yang benar, maka kami beriman kepadanya.) Siapa yang berkata dengan Al Qur’an maka perkataannya akan benar, barangsiapa mengamalkan al qur’an akan mendapat balasan pahala, barang siapa menggunakan hukum al Qur’an maka ia akan adil, barangsiapa meminta atau berdo’a dengan al Qur’an maka akan diberi petunjuk ke jalan yan lurus.
Diantara isi Al Qur’an adalah di dalamnya ada sejarah kaum dulu. Dalam sejarah tersebut diceritakan banyak hal, salah satunya adalah pelajaran dari orang orang yang menentang ajaran Allah dan membuat kerusakan seperti contohnya dalam surat al Fajr ayat 6 – 13 Allah menceritakan kaum Ad dan ibu kotanya iram yang berada di daerah ahqaf yaman saat ini. Kaum tsamud di daerah madain sholeh daerah antara hijaz dan tabuk Saudi Arabiya, kaum fir’aun di thibah dekat kota luxor mesir, Allah menggambarkan perilaku mereka dalam ayat 11-13 “yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri, lalu mereka banyak berbuat kerusakan dalam negeri itu, karena itu Tuhanmu menimpakan cemeti azab kepada mereka” Al Qur’an mengabarkan sejarah agar kita bisa mengambil pelajaran dan tidak terjerumus dalam kesalahan yang sama sebab zaman akan terulang kembali,
Diantara kesesatan yang terulang Kembali adalah penyembahan berhala. Saat Nabi Muhammad SAW di Makkah yang beliau hadapi adalah orang orang yang menyembah berhala uzza dll, Sebelumnya Nabi Ibrahim a.s juga berhadapan dengan para penyembah berhala seperti dalam surat Anbiya’ ayat 51 – 71. Nabi Musa juga melawan musa samiri yang mengajak bani israil menyembah patung sapi, seperti diceritakan dalam surat Thaha ayat 85-91 dan ayat 95-98. Jauh sebelumnya ternyata orang yang menyembah berhala sudah muncul di zaman nabi Nuh yaitu bapak manusia ke-2 Allah berfirman dalam surat Nuh 23 “Dan mereka berkata, “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa‘, Yagus, Ya‘uq dan Nasr.”Allah mengkisahkan dua orang sholeh bernama wadda, suwa’a, yaghutsa, ya’uqa dan nasr, mereka adalah orang orang sholeh dari anak cucu nabi Adam a.s, wadda dari suku kilab di daumatul jandal, suwa’a suku hudzail dari riyath, yaghust dari bani uthaif di daerah saba’, yauqo dari bani hamdan di balkha’ dan nasr dari bani kila’ di Himyar. Mereka memiliki pengikut, kemudian para pengikut fanatic ini berfikir kalau beribadah dengan melihat kehadiran mereka rasanya akan semakin khusu’ , akhirnya mereka membuat gambar wajah, lama lama gambar itu mereka ukir menjadi patung, lalu lama lama patung itu dipakai untuk meminta hujan.
Inilah pentingnya ilmu, Al Qur’an adalah kitab yang detail al fashl dan jelas bayan semakin dikaji akan semakin dekat dengan Al Qur’an dan semakin kuat keimanan, Rosulullah pernah bersabda bahwa semua yang ada dalam Al Qur’an menguatkan satu dengan yang lain, akal manusia yang sangat terbatas sangat jauh untuk menguasi semua isi Al Qur’an, oleh karena itu mencari ilmu diwajibakan oleh Rosulullah SAW. Dalam berkeyakinan, tidak boleh hanya ikut ikutan, kita harus membuktikan sendiri ini. muslim
Masyarakat jahiliyah mereka memiliki kasta, dan untuk belajar dan mengkaji keyakinan tidak semua mendapatkan akses, sehingga dalam al Qur’an mencaritakan bahwa mereka yang sesat kayakinannya adalah karena mengikuti leluhur. Sehingga keyakinan mereka sebetulnya dari ikut ikutan orang lain, hal ini sangat berbeda dalam islam justru kita diwajibkan untuk mendalami dan membuktikan sendiri kebenaran dari islam itu. Sehingga Imam Al Ghozali dan Imam Izzuddin bin abdissalam membagi ilmu menjadi tiga yaitu ilmu fardlu ain, fardlu kifayah dan umum, ilmu yang fardlu ais adalah ilmu ilmu yang terkait pengamalan dari fitrah manusia yaitu untuk beribadah kepada Allah (surat az Zariya: 56), sehingga segala hal yang terkait perwujudan dari fitrah tersebut adalah hal wajib bagi tiap manusia dan hal penting pertama yang harus dipelajari. Seperti belajar mengaji, mengenal Allah, mengenal diri sebagai hamba Allah, belajar bersuci, belajar sholat, ilmu tentang puasa, zakat dan haji, serta ilmu tentang bagaimana mencari nafkah yang halal adalah bagian dari kewajiban pertama, sebelum ilmu ilmu lain.
Hikmah Nuzulul Qur’an adalah ajakan untuk mendalami ilmu agama, mulai dari belajar mengaji al Qur’an hingga belajar Bahasa arab untuk memahami isi dan kandungan Al Qur’an dan hadist sebagai bekal keselamatan dunia dan akhirat. Rosulullah bersabda “tanda seseorang yang dikendaki Allah menjadi orang baik, adalah Allah menjadikan ia faham terhadap agamanya”.Wallahu a’lam.