Batu, IP – Peran guru bagi dunia pendidikan di Indonesia sangat besar dan krusial. Meskipun sekarang instansi pendidikan mulai banyak menerapkan kurikulum merdeka yang bersifat mandiri belajar, namun tetap saja peran guru dalam pendampingan tidak bisa digantikan.
Yusetisa, seorang guru SMAN 2 Batu telah membuktikan. Ketika kebanyakan sekolah belum menerapkan kurikulum merdeka, tetapi SMAN 2 Batu menjadi salah satu sekolah sudah menerapkan kurikulum baru ini sejak satu tahun yang lalu. Menurut Yuse, kurikulum merdeka merupakan sebuah perubahan mindset. Mindset yang merdeka ini memberikan peserta didik kesempatan untuk bertumbuh seperti seharusnya.
“Konsep merdeka ini memberikan kesempatan peserta didik belajar sesuai dengan kebutuhannya, sesuai dengan latar belakangnya, dan mendukung dia untuk bertumbuh seperti apa dia seharusnya,” tutur guru yang lebih akrab disapa Yuse tersebut.
Dalam penerapan kurikulum terbaru ini, SMAN 2 Batu termasuk sekolah yang lolos tahap seleksi dan bisa menjadi sekolah penggerak. Yuse menambahkan bahwa memang harus dicoba, mau nanti atau sekarang, kurikulum merdeka ini akan tetap diterapkan.
Kurikulum Merdeka Beri Kesempatan Siswa Bertumbuh
Baginya, kurikulum merdeka bisa memberikan kesempatan bagi siswa dengan berbagai karakter untuk bertumbuh. Bagi tipikal siswa yang agak susah fokus, susah diam, dan perlu treatment khusus untuk mata pelajaran tertentu, sekarang sudah difasilitasi oleh adanya kurikulum merdeka.
Tidak ada tuntutan khusus bagi siswa, bahkan jika nilai siswa pada salah satu mata pelajaran cukup rendah, tapi pada mata pelajaran lain nilainya tinggi, maka bisa dipastikan potensi siswa tersebut berada di bidang yang memiliki nilai tinggi. Oleh karena inilah Yuse menyebutkan bahwa kurikulum merdeka ini sangat memfasilitasi siswanya.
“Siswa hanya perlu diarahkan untuk belajar semampunya dan selebihnya murid diberikan kesempatan untuk di bidang lain yang dibutuhkan,” tambah Yuse.
Baca Juga : Begini Upaya SMPI Al Maarif Singosari Wadahi Minat Bakat Siswa
Tidak hanya fokus pada pembelajaran di kelas saja, dalam kurikulum merdeka yang sudah diterapkan di SMAN 2 Batu ini juga mengadakan proyek bagi siswa. Proyek ini memberikan kesempatan siswa untuk ‘dinilai’ secara non-akademik. Sehingga siswa bisa melakukan kegiatan di luar kegiatan akademik, baik itu kegiatan keluar kelas, bergabung dengan masyarakat dan itu diakui dalam rapor.
SMAN 2 Batu menyediakan 3 buah proyek untuk mendukung penerapan kurikulum yang baru ini. Salah satu contohnya, proyek pertama di kelas X bertajuk ‘Bangunlah Jiwa dan Raganya’ yang berisi tentang self-awareness dan kesehatan mental.
Sebelum siswa mengerjakan proyek tersebut, pihak sekolah memfasilitasi dengan mengadakan talk-show mengenai kesehatan mental. Siswa akan dibekali dengan pengetahuan mengenai hal-hal yang terkait. Proyek lain yang dikerjakan oleh siswa yaitu baksos, fun game, berbagi ilmu dan sosialisasi materi anti bullying, dan sebagainya.
Setiap Siswa Bebas untuk Hidup Sesuai Aturan
Dengan bebasnya kurikulum merdeka ini, Yuse mengungkapkan bahwa siswa diberi kesempatan bebas untuk ‘hidup’. Hidup dalam artian apa pun yang terjadi maka harus tetap dengan aturan dan norma yang berlaku.
“Dia merdeka dan sesuai dengan normanya sebagai manusia,” Yuse menambahkan.
Perubahan mindset sangat diperlukan dalam penerapan kurikulum baru ini, namun tentunya kesulitan tetap saja ditemui. Selain perubahan mindset, self-awareness juga diperlukan. Dengan adanya self-awareness, maka guru juga bisa memahami bahwa tidak semua anak sama dan se-ragam dalam hal akademik.
Menerapkan kurikulum merdeka bukan berarti tidak mempertimbangkan nilai akademik. Nilai akademik tetap diperlukan dan dipertimbangkan, namun perlu digaris bawahi bahwa akademik dipertimbangkan hanya untuk yang dikuasai atau yang paling dibutuhkan oleh siswanya.
Artinya, seorang guru tidak bisa memaksa siswanya untuk menguasai seluruh bidang. Namun, tidak semua siswa bisa mengikuti, atau tertarik dengan kegiatan yang ada di sekolah. Beberapa dari mereka bahkan ada yang tidak tertarik dengan semua hal.
Baca Juga : Program Double Track Jadi Gebrakan Baru SMAN 1 Sumawe
Oleh karenanya Yuse mengatakan, di sinilah guru memiliki peran yang besar seperti melakukan pendekatan, pengarahan, melakukan pendampingan, atau juga memberikan wawasan. Memang tidak mudah menjadi seorang pendidik yang harus mampu mengikuti perkembangan zaman dan tetap menjadi guru yang profesional. Karena itu, Yuse mengatakan bahwa menjadi diri sendiri itu sangat penting.
“Mengikuti perkembangan zaman itu jelas. Tapi sejauh mana kita mengikuti, kemauan kita untuk terus belajar bagi saya ini utama banget, dan selebihnya akan mengikuti. Jika kita sudah membuka diri dan open minded, mau di era apa pun kita bisa,” pungkasnya.
Menurut Yuse, memberikan tantangan kepada diri sendiri juga penting, namun di beberapa situasi menghentikan diri sendiri dan mencukupkan pun juga perlu. Terpenting adalah kemauan untuk terus belajar dan berkembang.
Yuse berharap agar dirinya menjadi semakin tangguh untuk menghadapi dinamika apa pun yang terjadi di hidupnya, bagaimana ia overcome untuk mengatasi ketakutannya, dan bagaimana dirinya menemukan solusi untuk dirinya sendiri terlebih dahulu.
Dirinya juga berharap agar siswa di SMAN 2 Batu beserta guru-gurunya agar tetap bahagia. Karena setiap orang memiliki perjuangannya untuk bertahan hidup hingga sekarang, dan apa yang telah dilalui masing-masing orang. Ia juga berharap untuk terus memiliki lingkungan yang bahagia demi membantu peserta didik bertumbuh secara bahagia.