Malang, IP – Kain warna-warni membentang ratusan meter mengelilingi Alun-alun Tugu Kota Malang. Dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional, bentangan kain ini dijadikan media membatik ciprat bagi 500-an difabel.
Para penyandang difabel terlihat duduk di samping kanan dan kiri untuk menyalurkan kreativitas dalam berkarya, Minggu (3/10/2022).
Baca Juga:
Momentum Hari Batik Nasional, Misi Kuatkan Kemampuan Siswa
Bahan malam batik mereka percikan dan lukis di permukaan kain, sehingga mampu menghasilkan berbagai motif yang memiliki ciri khasnya tersendiri. Memang motifnya tampak sederhana, akan tetapi, batik yang mereka buat tetap memiliki nilai seni tinggi.
Tak tanggung-tanggung, karya para difabel ini juga dilelang dengan harga awal yang lumayan fantastis. Yakni Rp 7,5 juta rupiah per 50 meter.
Hal ini membuktikan bahwa keterbatasan yang melekat pada diri difabel tidak menjadi pembatas untuk terus berkarya. Bahkan, lewat kegiatan membatik massal tersebut para peserta difabel tercatat memecahkan rekor MURI (Museum Rekor Dunia-Indonesia) “Membatik Ciprat 500 M oleh 500 Difabel”.
Setidaknya, terhitung ada sekitar 594 orang difabel dari Malang Raya, Blitar, dan Pasuruan yang turut serta mengikuti pemecahan rekor MURI tersebut.
Ari salah satu peserta membatik dari Difabel Creative Community Sukun Kota Malang menyampaikan, senang dan bersyukur bisa ikut bergabung dalam pemecahan rekor. Selain untuk memecahkan rekor, ajang membatik ini sekaligus menjadi wadah bagi dirinya untuk bertemu dengan orang lain yang senasib.
“Senang sekali, alhamdulillah bersyukur bisa mengikuti kegiatan ini, juga menjadi bagian dari pemecahan rekor MURI bersama dengan teman-teman. Kita bisa bertemu dengan teman-teman yang senasib dengan kami,” tuturnya Baca berita selengkapnya di Tabloid Inspirasi Pendidikan
