
Malang, IP – Di tengah gempuran informasi digital seperti sekarang, meningkatkan literasi menjadi sebuah hal yang krusial. Dengan meningkatkan literasi, masyarakat tidak hanya bisa memperoleh wawasan dan informasi baru.
Lebih dari itu, masyarakat juga bisa mengasah kemampuan dalam menangkap dan memahami informasi dari bacaan, serta dapat meningkatkan kepekaan terhadap informasi yang bertebaran di dunia maya.
Baca Juga:
KB Alam Jauharotul Qolbi Gunakan Papan Kayu Sebagai Tempat Belajar
Dengan demikian, diharapkan masyarakat bisa menyaring informasi yang diterima. Dalam artian tidak langsung menelan informasi yang diterima secara bulat-bulat.
Upaya meningkatkan literasi tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, terutama lewat peningkatan minat baca masyarakat. Terlebih menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia masih tergolong sangat rendah.
Indonesia berada dalam urutan kedua dari bawah soal literasi dunia. Tingkat minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Artinya dari 1,000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca.
Kondisi semacam ini yang kemudian menjadi motor penggerak sejumlah pihak untuk meningkatkan literasi masyarakat. Satu diantaranya tampak di kawasan Karangbesuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang.
Sebuah tempat bernama Taman Literasi Tidar berdiri di kawasan tersebut. Taman memiliki konsep yang cukup nyaman sebagai ruang publik untuk membaca.
Selain tempatnya yang teduh berkat adanya pohon yang ditanam, sarana tempat duduk juga sudah tersedia. Akses untuk membaca semakin lengkap dengan adanya gazebo untuk duduk bersantai dan membaca, serta bilik seluas sekitar 3 x 2 meter yang berfungsi sebagai lokasi penyimpanan ratusan buku.
Ketua RW 7 Karangbesuki sekaligus Pengurus Taman Literasi Tidar Slamet Udadi menuturkan, buku yang tersimpan di Taman Literasi Tidar sudah ada sekitar 500 eksemplar. Buku-buku ini berasal dari sumbangan masyarakat sekitar dan juga beberapa pihak kampus yang ada di Malang.
“Kita masih belum melakukan pendataan, jadi data jumlah pastinya belum ada dan judul-judul buku itu belum kita klasifikasikan,” imbuhnya.
Ia bercerita, taman berbentuk segitiga tersebut sudah pihaknya rintis sejak tahun 2003. Saat itu, lokasi ini hanya dipakai sebagai tempat pembuangan oleh masyarakat sehingga terkesan kumuh. Proses pendirian Taman Literasi Tidar sendiri pihaknya awali dengan penanaman pohon.
“Sarana tempat duduk dan tempat buku ini kita buat secara swadaya dengan memanfaatkan kayu jati yang sebelumnya sudah kita tanam dan memanfaatkan barang-barang bekas, kita tanam sendiri kita panen sendiri. Sedangkan untuk koleksi bukunya baru ada sekitar tahun 2019 kemarin,” ucapnya.
Pada awal berdirinya, Taman Literasi Tidar hanya dimanfaatkan sebagai lokasi bermain dan berolahraga. Namun dalam perkembangannya, taman ini juga menjadi pusat kegiatan literasi, olahraga, bermain bahkan pengobatan yang ada di wilayah RW 7 Karangbesuki.
“Jadi permainan-permainan tradisional, terus ini untuk olahraganya sudah lama, satu minggu itu full senam kalau pagi. Lalu pengobatan, jadi kedepannya itu kami ingin menjadi RW yang mandiri, masih terus kita rintis sampai saat ini,” tegas Udadi.
Guna meningkatkan literasi, Udadi meneruskan bahwa di Taman Literasi Tidar bukan hanya menyediakan buku bacaan. Pengurus taman sering kali turut mengadakan event-event diskusi dengan mengundang narasumber yang dianggap kompeten. Mulai dari seputar kesenian, kebudayaan, sastra, dan lain sebagainya.
Melalui event-event yang ada tersebut, ia berharap semakin banyak masyarakat yang berkunjung ke Taman Literasi Tidar. Terutama kunjungan dari anak-anak dan generasi muda yang sekarang cenderung menghabiskan waktu dengan bermain gadget.
Mereka bisa berkunjung untuk membaca. Apalagi Udadi menilai bahwa minat baca masyarakat masih rendah. Karena itu diperlukan inovasi-inovasi baru untuk menarik minat baca masyarakat sekitar.
“Sementara ini kunjungan ke Taman Literasi Tidar banyak yang dari kalangan mahasiswa, dan sebagian anak-anak,” tuturnya.
Sementara itu, Guntur salah satu mahasiswa yang kebetulan berkunjung ke Taman Literasi Tidar menilai bahwa sebenarnya Taman Literasi Tidar bisa dimanfaatkan sebagai lokasi untuk bermain dan belajar. Akan tetapi masih perlu ada beberapa hal yang perlu untuk diperbaiki.
“Kurangnya dari segi koleksi buku yang masih kurang, terus bukunya juga belum di katalogisasi, jadi orang itu masih bingung saat mencari buku, masih campur buku-bukunya,” pungkas Guntur saat Inspirasi Pendidikan temui Baca konten selengkap lainnya di Tabloid Inspirasi Pendidikan