Hubungan Regulasi Emosi dan Efikasi Diri Dengan Resiliensi Guru Sekolah Dasar se-Kecamatan Kalipare, Oleh: Dian Tyas Nurqolila, S.Pd, S.S

0
Dian Tyas Nurqolila, S.Pd, S.S (Pengajar di SD Negeri 9 Tumpakrejo, Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang sekaligus Pengajar Praktik Guru Penggerak Angkatan 7 dan 10)

Pendahuluan

Menurut Grotberg (1999) resiliensi adalah pondasi manusia untuk menghadapi, mengatasi, menguatkan, dan bahkan ditransformasikan oleh pengalaman sulit. Richrdson, dkk (1990) mengatakan bahwa resiliensi proses mengatasi peristiwa yang mengganggu, stres, atau menantang dengan cara individu membuat ketrampilan pelindung dan koping tambahan sebelum adanya gangguan yang dihasilkan oleh peristiwa tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa resiliensi adalah kemampuan individu untuk bisa melewati, menghadapi permasalahan hidup seperti, masalah keluarga, finansial, hubungan, kerjaan, penyakit, pertemanan sehingga bisa menjadi pribadi yang lebih baik.

Baca Juga:

 

Pamong: Pandai Omong dan Ngemong, Oleh: Siti Mudmainah

Memaknai Semangat Berkompetisi dan Ambisi untuk Meraih Prestasi, Oleh: Ninik Sri Itami, S.Pd. M.Pd.

Resiliensi sangat penting bagi guru, terutama pasca pandemi. Meskipun mungkin menghadapi tekanan ekonomi dan tuntutan pekerjaan yang tinggi, resiliensi dapat membantu mereka untuk tetap bertahan dan memberikan pengajaran yang baik. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Amalia & Ridho (2021) menunjukkan bahwa resiliensi pada guru honorer di masa pandemi dapat membantu mereka mengatasi ketidaknyamanan, mengendalikan emosi, dan mengambil aspek positif dari setiap kejadian yang terjadi. Oleh karena itu, meskipun menghadapi hambatan ekonomi dan tekanan, resiliensi dapat membantu guru untuk tetap memberikan pengajaran yang bermutu dan bertahan dalam menghadapi situasi sulit

Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa resiliensi guru dapat mempengaruhi kualitas pengajaran yang diberikan. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk meningkatkan resiliensi mereka agar dapat menghadapi tantangan dan tekanan yang dalam pekerjaan mereka. Resiliensi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantara nya self efficacy, regulasi emosi, pengendalian implus, empati, analisis penyebab masalah, optimisme dan peningkatan aspek positif (Reivich &Shatee (dalam Hidayati,2014)). Berdasarkan masalah-masalah tersebut penulis tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Regulasi Emosi dan Efikasi Diri dengan Resiliensi Guru Sekolah Dasar se-Kecamatan Kalipare”

Metode Penelitian  

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan teknik analisis regresi berganda. Populasi dalam penelitian ini adalah guru SD di Kecamatan Kalipare. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster random sampling, sebanyak 62 sampel. Skala Resiliensi yang digunakan adalah skala resiliensi yang diadaptasi dari teori Grotberg (dalam Monica, 2015) dengan aspek I Am, I Have, I Can dengan 48 aitem valid dari 55 aitem total. Skala efikasi diri yang digunakan adalah adaptasi dari teori Bandura (dalam Afidah, 2017) yang terdiri dari tiga aspek efikasi diri yaitu level, strength dan generalization. Terdapat 17 aitem valid dari 20 aitem. Skala Regulasi Emosi yang digunakan adalah skala regulasi emosi yang diadaptasi dari teori Gross dan John (dalam Al-Habsyi, 2015). Aspek yang diukur meliputi pilihan situasi, perubahan situasi, pemberian perhatian, perubahan kognitif dan modulasi reaksi. Terdapat 27 aitem valid dari 30 aitem total Baca konten selengkapnya versi cetak di Tabloid Inspirasi Pendidikan Edisi 133

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News