Nama : Arief Rahman Hakim
Status : Dosen UIN Malang
E-mail : [email protected]
Puasa dalam Bahasa arab berasal dari صَامَ يَصُوْمُ صِيَامٌ yang artinya menahan imsak. Menurut ulama fikih puasa berarti menahan diri dengan ketentuan khusus dan dengan niat yang khusus, Ulama lain mendefinikan puasa sebagai upaya menahan diri dari hal hal yang dapat membatalkan puasa. Puasa bulan Ramadhan merupakan salah satu rukun islam. Puasa bulan Ramadhan hukumnya wajib dilaksanakan oleh tiap muslim dewasa baligh yang mampu melaksanakannya. Bagi anak anak yang belum cukup umum yang berpuasa, pahalanya akan diberikan kepada orang tua atas jerih payah mereka dalam melatih anak anak berpuasa.
Saat masih tinggal di Makkah, puasa yang dilaksanakan oleh nabi adalah puasa asyura. kemudian pada tanggal 10 bulan sy’ban tahun 2 H turun ayat 183 surat al Baqarah yang menjelaskan bahwa puasa adalah ibadah wajib sebagaimana diwajibkan kepada umat sebelumnya. Kemudian menyusul turun ayat 184 yang mejelaskan boleh memilih puasa atau membayar fidyah, meskipun ditekankan dan dianjurkan untuk puasa.
Oleh karena itu, barangsiapa yang tidak ingin berpuasa dan memilih membayar fidyah (meskipun mereka sebetulnya mampu berpuasa) maka dipersilahkan. Setelah itu turunlah ayat 185 yang menjelaskan bahwa puasa ramadhan wajib bagi tiap muslim dewasa, dan bagi yang mampu melaksanakannya tidak ada pilihan untuk tidak berpuasa dengan membayar fidyah artinya bagi yang meninggalkan diwajibkan mengganti di hari yang lain.
Tentang waktu berbuka sebelumnya juga berbeda, pada awal syariat puasa waktu berbuka adalah sejak terbenamnya matahari hingga tertidur, kalau sudah tertidur maka saat bangun sudah tidak boleh berbuka dan harus puasa hingga sore hari berikutnya. Lalu turunlan ayat 187 yang menjelaskan bahwa waktu berbuka antara terbenamnya matahari hingga terbitnya fajar seperti saat ini.
Hikmah puasa bagi orang kaya, rasa lapar yang dirasakan saat puasa bisa menjadikan hatinya merasakan besarnya nikmat yang ia miliki sekaligus tidak melupakan orang faqir. Dalam Riwayat dikatakan kepada nabi yusuf “kenapa engkau harus lapar sedang semua kekayaan dunia ada di tanganmu? Nabi yusuf menjawab: sesungguhnya saat diriku kenyang, aku lupa akan rasa lapar. Dalam Riwayat lain hikmah puasa agar nafsu tidak terus menerus meminta kenyang, karena rasa kenyang selalu menginginkan makan, sebagaimana hewan ternak. maka kita diperintah berpuasa untuk mengurangi sifat kehewanan dalam diri kita.
Puasa juga menjadi penebus kafarat dari makanan yang tidak jelas halal haramnya subhat dalam setahun. Perintah puasa juga agar terhindar dari neraka, dalam surat al A’raf ayat 50, ahli nereka berteriak teriak kepada penghuni surga meminta air atau apapun rezeki yang diberikan Allah dari rasa haus hebat yang mereka rasakan.
Suatu ketika terjadi tanya jawab antara seseorang dengan Ibnu ‘Imad al Aqfahsi, yaitu seorang ulama’ fikih syafi’iyah (750 H – 808 H), Ibnu Imad bernama lengkap syihabudin ahmad bin ‘imad bin muhammad bin yusuf al aqfahsy, ia adalah guru dari Ibnu Hajar al Asqollani, nama al Aqfahsi dinisbatkan ke kota Aqfahsa yaitu sebuah kota yang terletak sekitar 150 km selatan kota Kairo Mesir. Diantara karya ibnu imad adalah Ahkaamu al Masaajid, Ahkaam an Nikah, Hawaadits al Hijrah, Tibyaan fi ma Yahillu wa Yahrum min al Hayawaan, Rof’u al Ilbaas ‘an Dahm al Waswas. Syarh Hawaadist al Hijrah, al Qaul at Tam fi Ahkam al Ma’mum wa al Imam.
Diantara pertanyaan yang disampaikan kepada ibnu imad adalah: Kenapa umat islam diperintahkan puasa sebulan penuh? imam ahmad al ‘Aqfahsi menjawab bahwa hikmah puasa ramadhan 30 hari bersama 6 hari puasa syawal setara dengan puasa setahun penuh yaitu 360 hari. Perintah puasa Ramadhan sama halnya dengan larangan kepada nabi adam atas pohon buah khuldi, hikmah puasa sebagai pembeda antara orang yang istimewa Khowash dan orang biasa ‘awam yang selalu kenyang dan tidak pernah lapar. Puasa juga adalah terapi sehat, seorang dokter cerdas akan memerintahkan pasiennya untuk puasa guna membersihkan pembuluh darahnya, bagi rohani puasa adalah terapi untuk membersihkan pembuluh darah dari kemaksiatan, dan menanamkan rasa kasih sayang di hati sekaligus memperbesar pahala ketaaatan sebab semakin berat amal semakin besar pahalanya. Puasa juga menekan hawa nafsu, menjauhkan syaitan, menyemai benih hikmah, menyinarkan hati dan penyebab keridloan Allah SWT.
Pertanyaan lainnya adalah: Kenapa pahala puasa hanya Allah yang tahu? Imam Ahmad Al Aqfahsi mengatakan karena puasa tidak mengandung unsur riya’, puasa tidak tampak dan hanya Allah yang tahu. Puasa itu rahasia dan Allah Dzat yang maha mengetahui rahasia, termasuk rahasia dari sebuah rahasia. Buah dari rasa kenyang adalah munculnya syahwat sedangkan buah rasa lapar adalah munculnya hikmah. An Naisabury berkata dalam tiap ketaatan ada cela/kekurang sempurnaan yang disebut taqsir kecuali puasa. Tidakkah kamu lihat bagaimana Nabi Adam saat memakan buah khuldi, hal itu kemudian menjadikannya terpisah dari segala yang ia miliki dan seandainya bukan karena makan niscaya semua miliknya tidak akan diambil. Abu said al Kharraz menambahkan bahwa puasa hakikatnya menambahkan sifat shomadiyah ke dalam diri dan shomad artinya tidak makan dan tidak minum. Imam Junaid berkata puasa adalah menahan, maka aku khususkan puasa untuk ahlakku, yaitu menyapih hati dari yang selain Allah ta’ala.
Semoga diantara hikmah puasa diatas menambah kekuatan kita dalam menjalankan ibadah puasa, semoga Romadhan kali ini kita tidak hanya sebatas menahan lapar dan dahaga namun lebih dari itu puasa kita juga menahan perilaku yang tidak baik, menahan hati dari sifat yang tercela, sehingga saat keluar dari bulan Ramadhan tidak hanya raga yang sehat namun hati kitapun merasakan kebahagiaan dari rahmat yang diberikan Allah SWT.
Disarikan dari kitab Kasyful al Asrar ‘amma khofia ‘ala al afkar karya Ibnu Imad al Aqfahsi. (*)