Malang, IP – Sejumlah siswa yang tergabung dalam ekstrakurikuler Jurnalistik SDK Santa Maria III Jl. Markisah No. 6 Malang memperingati Hari Kartini dengan memainkan drama bertemakan “Laki-Perempuan Sama Saja”. Acara tersebut diadakan di halaman sekolah pada Rabu (13/4/2023) dan dihadiri oleh para siswa, guru, dan sebagian orang tua.
Baca Juga:Â
Bentuk Karakter Siswa Melalui Batik Tulis Turi Gumantung
Drama dimulai dengan adegan di sebuah SD pada hari pertama sekolah. Seorang laki-laki dan seorang perempuan sama-sama duduk di kelas dan memulai hari pertama mereka. Namun laki-laki sering meremehkan perempuan dengan perkataan dan perbuatan yang tidak sopan. Perempuan tersebut lantas merasa sedih dan tidak nyaman dengan perlakuan laki-laki, tetapi ia tidak tahu cara mengatasi masalah tersebut.
Guru mereka yang mengetahui situasi itu memutuskan untuk memberikan pelajaran tentang kesetaraan gender. Guru memperkenalkan konsep kesetaraan gender kepada semua siswa, bahwa laki-laki dan perempuan seharusnya diberikan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan, mulai belajar, bermain dan berkarya.
Guru juga menunjukkan contoh-contoh di mana laki-laki dan perempuan dapat bekerja sama dan saling menghormati perbedaan. Akhir dari drama tersebut, siswa lai-laki menyadari kesalahannya dan meminta maaf kepada perempuan tersebut. Mereka kemudian bekerja sama dalam segala tugas kelas dan menjadi teman yang baik.
Tristina Wahyu Seyowati S.Pd Kepala Sekolah SDK Santa Maria 3 Malang mengatakan, drama ini mengajarkan pentingnya menghormati perbedaan. Sebab laki-laki dan perempuan memiliki kesetaraan hak. Siswa-siswi diajarkan untuk tidak memandang rendah atau meremehkan orang lain berdasarkan jenis kelamin, ras, atau agama.
Semua orang pantas mendapat penghargaan dan kesempatan yang sama untuk berkembang dan mencapai impian mereka. Selain itu Wahyu menambahkan bahwa kegiatan tersebut merupakan bentuk dukungan sekolah terhadap kesetaraan gender.
“Kami ingin membantu anak-anak memahami pentingnya kesetaraan gender sejak usia dini. Harapan kami, anak-anak yang memainkan drama ini bisa menjadi agen perubahan kecil di lingkungan sekitar mereka,” ungkapnya.
Wahyu juga menekankan perlunya pemahaman bersama bahwa laki-laki dan perempuan dilahirkan ke dunia ini untuk saling berbuat baik terhadap apa pun yang ada di sekitarnya. Jadi bukan untuk saling mengalahkan.
“Presiden Soekarno pernah berucap, laki-laki dan perempuan seperti dua sayap dari seekor burung, jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya, dan jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali,” sambungnya.
Sebab itu kata Wahyu, antar laki-laki dan perempuan perlu belajar untuk saling memberdayakan terhadap sesama, bukan untuk saling memperdayakan.
Sementara itu, salah satu orang tua murid, Fransiskus Nanang mengatakan bahwa acara tersebut sangat bermanfaat bagi anak-anak.
“Saya sangat mendukung kegiatan ini. Anak-anak bisa belajar tentang pentingnya kesetaraan gender dan juga mengasah kemampuan berbicara dan berakting mereka,” tuturnya.
Acara tersebut berlangsung dengan lancar dan sukses. Semoga dengan adanya kegiatan seperti ini, kesadaran tentang pentingnya kesetaraan gender bisa semakin meningkat di masyarakat, khususnya di kalangan anak-anak.