Kab Malang, IP – Bata ringan kini membanjiri toko bangunan dan distributor yang sudah ada di mana-mana. Pengusaha sekaligus pengrajin batako, Sugeng Wiyono tetap bertahan di tengah gempuran bata ringan tersebut.
Pengrajin Batako dari Desa Sonowangi ini mengakui kehadiran bata ringan sedikit banyak berdampak pada penjualannya, namun tidak mempengaruhi produksinya. Dia optimis, batako masih memiliki pasar sendiri.
“Kalau kayak perumahan biasanya permintaannya memang sudah bata ringan, tapi saya tetap menggeluti usaha ini karena saya percaya masih ada peminat batako,” tuturnya.
Memang keoptimisannya bukan tanpa alasan, hal itu dikarenakan batako buatannya memiliki kualitas tinggi. Menggunakan pasir Semeru, dengan proses pengeringan hampir seminggu.
Baca Juga :
Berkat Usaha dan Tekad, Yovie Jadi Duta UMKM Jawa Timur 2022
Dari Budidaya Lele hingga Geluti Bisnis Olahan Mandiri
Gandeng Pengusaha, Volunter LBH Sebar Bibit Alpukat Guna Tingkatkan Ekonomi Petani Ngantang
“Dari bahan bakunya sudah terjamin kualitasnya, batakonya tidak gampang pecah atau ambrol” jelas Sugeng.
Terlebih lagi tempat produksi yang dekat dengan bahan baku utama, menjadikan harga batako masih bisa bersaing dengan bata ringan.
Usaha yang diberi nama Delta Beton itu telah membuka peluang pekerjaan untuk orang-orang Sonowangi. Dengan lebih dari lima pekerja setiap harinya, mereka bisa mencetak 1000-3000 batako.

Usaha yang telah berdiri sejak 2019 ini memang telah sepenuhnya menggunakan bantuan mesin tidak lagi manual mencetak satu persatu. Untuk mempertahankan kualitasnya, Sugeng mencoba berpatokan pada takaran yang telah ditentukan, tak pernah ia kurangi atau lebihkan.
Pun demikian, bertahannya Sugeng juga di dukung berbagai alasan. Salah satunya Ia ingin memberi ruang belajar bagi pekerjanya, terutama anak-anak yang baru lulus sekolah.
“Awalnya bikin usaha ini agar anak-anak muda di daerah sini bisa kerja, tidak menganggur,” jelas Sugeng.
Berawal dari alasan itulah Sugeng membiarkan pegawainya keluar masuk bergantian. Ia juga ingin anak-anak muda tidak terpaku pada proses pencetakan batako.
Namun sejauh ini, dalam usahanya, pekerja sebatas mencetak batako dan beberapa pelengkap lainnya. Lalu untuk manajemen keuangan masih sederhana dengan bantuan istrinya.
Begitu pun usaha untuk mempromosikan masih sebatas dari mulut ke mulut. Ia belum pernah mencoba mempromosikan melalui marketplace ataupun media sosial. Baca konten selengkapnya di Tabloid Inspirasi Pendidikan