Di padang savana Afrika yang luas, berdiri dengan gagah sebuah pohon yang menjulang tinggi dan memiliki bentuk unik. Pohon ini bernama Pohon Baobab yang dikenal juga sebagai “Pohon Botol” karena batangnya yang gemuk dan membulat. Baobab telah menjadi ikon lanskap Afrika selama ribuan tahun. Kehadirannya yang mencolok dan kemampuannya bertahan di lingkungan yang keras telah membuatnya menjadi subjek mitos, legenda, dan penelitian ilmiah.
Pohon Baobab (Adansonia) termasuk dalam genus Adansonia dan famili Malvaceae. Dari sembilan spesies Baobab yang ada di dunia, enam di antaranya tumbuh asli di Madagaskar, dua di daratan Afrika dan Timur Tengah, dan satu di Australia. Spesies yang paling terkenal dan tersebar luas di Afrika adalah Adansonia digitata, yang dapat ditemukan di berbagai negara seperti Senegal, Sudan, Nigeria, dan Afrika Selatan.
Ciri khas Baobab yang paling mencolok adalah batangnya yang besar dan gemuk. Diameter batangnya bisa mencapai 10-15 meter, membuatnya terlihat seperti tiang raksasa yang menjulang di atas savana.
Baca Juga :
Keajaiban Alam dan Kebudayaan Suku Tengger di Desa Ngadas Malang
Pesona Desa Wae Rebo, Sebuah Desa di Atas Awan
Candi Jawar Ombo, Situs Purbakala yang Penuh Misteri di Kaki Semeru
Pohon ini bisa tumbuh setinggi 5-30 meter, dengan rata-rata umur mencapai 1000 tahun. Bahkan, beberapa pohon Baobab diperkirakan berusia lebih dari 2500 tahun, menjadikannya salah satu organisme tertua di Bumi. Karena umurnya yang sangat panjang ini pula, pohon Baobab juga dijuluki sebagai pohon abadi.
Kemampuan Baobab untuk bertahan hidup di lingkungan yang keras adalah hasil dari adaptasi evolusi yang luar biasa. Batangnya yang besar berfungsi sebagai penyimpan air, mampu menampung hingga 120.000 liter air untuk bertahan selama musim kemarau panjang. Kulit batangnya yang tebal dan tahan api melindunginya dari kebakaran savana yang sering terjadi.
Daun Baobab berbentuk menjari dan hanya tumbuh selama 3 bulan dalam setahun, biasanya saat musim hujan. Bunga Baobab berwarna putih, besar, dan harum, mekar di malam hari dan hanya bertahan selama 24 jam. Penyerbukan dilakukan oleh kelelawar pemakan buah dan serangga nokturnal Baca konten selengkapnya versi cetak di Tabloid Inspirasi Pendidikan Edisi 129