Masjid biasanya selalu identik dengan tempat ibadah umat Islam. Namun sedikit berbeda dengan Masjid Tiban. Bukan hanya sebagai fasilitas ibadah dan menimba ilmu saja. Masjid yang berlokasi di Jalan KH. Wahid Hasyim, Gang Anggur No. 10 RT 07 / RW 06, Desa Sananrejo, Turen ini juga masuk daftar kunjungan wajib Kabupaten Malang.
Mungkin belum banyak yang tahu, jika Masjid Tiban Turen sebenarnya adalah sebuah pondok pesantren bernama Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah. Julukan Masjid Tiban, ada karena tempat bernuansa religi ini diisukan berdiri karena adanya bantuan dari Jin.
Disinggung masalah isu tersebut, H. Mugni salah seorang panitia pondok pesantren menekankan bahwa pondok ini tidak muncul dengan sendirinya. Pondok terletak di lembah, sehingga setelah sampai lantai lima baru kelihatan dari luar. Sedangkan proses pembangunan pondok ini berjalan sedikit demi sedikit, dan ruang demi ruang.
“Bahan bangunan yang dibeli hanya pas untuk keperluan satu pekerjaan saja, sehingga tidak memakai angkutan dengan truk besar. Cukup dengan pick up atau truk kecil saja. Apalagi pondok ini dibangun tanpa memakai alat besar. Jadi tidak benar pondok muncul atau keluar dengan sendirinya dari dalam tanah,” bebernya
Terlepas dari isu tersebut, pondok pesantren yang lebih dikenal sebagai Masjid Tiban ini dapat dikunjungi secara gratis. Demikian karena pengunjung hanya cukup membayar biaya parkir sebesar Rp. 3.000 sampai Rp. 5.000. Pengunjung bisa parkir kendaraan di luar, maupun di depan bangunan Masjid Tiban.
Baca Juga: Coban Putri, Air Terjun di Antara Lembah dan Perbukitan
Ketika pengunjung masuk melalui akses gerbang utama, pengunjung bisa langsung melihat bangunan megah bak istana. Bangunan Masjid Tiban didominasi dengan hiasan arsitektur berwarna biru dan putih. Bukan hanya itu tembok-tembok bangunan juga dihiasi ornamen kaligrafi dihampir setiap sudut tembok luar.
“Semua yang ada di pondok, seperti gedung, ornamen, ukuran dan warna keramik, meubeler, hiasan, bunga dan tanaman termasuk kendaraan diadakan atas dasar istikharah Romo Kyai Ahmad (pengasuh pondok pesantren, red). Bukan karena senang, dan tidak ada yang ditiru dari manapun. Semuanya atas dasar petunjuk, olah rasa hati atau ilmu sirri,” tambah Mugni
Selain itu, yang unik selanjut dari masjid ini adalah adanya jalan dan gang-gang kecil yang berkelok-kelok, sehingga terkesan membingungkan para pengunjung. Namun Mugni menjelaskan, adanya jalan dan gang yang ada tidak dibuat atas dasar selera. Apalagi untuk membingungkan tamu.
“Sekali lagi semuanya atas dasar istikharah. Ada petunjuk begini, itu yang dikerjakan. Beberapa pengunjung justru memaknai sebagai gambaran jalan menuju kepada Allah. Tidak lurus tidak gampang. Tetapi bagi mereka yang betul-betul berusaha pasti menemukan jalan keluarnya,” ungkapnya
Baca Juga: Pelukis Pemula Wajib Perhatikan Hal Berikut
Masjid Tiban sendiri memiliki sepuluh, yang mana setiap lantai memiliki objek kunjungan atau wisata yang berbeda. Pada lantai dasar terdapat akuarium yang berisi beberapa jenis ikan, kemudian ada beberapa jenis kandang binatang seperti rusa, monyet, hingga beberapa jenis unggas seperti burung, ayam dan bebek.
Kemudian juga terdapat pusat oleh-oleh atau perbelanjaan yang berada di lantai enam, yang mana untuk menuju ke sana pengunjung harus melewati lorong luas sebagai bangunan ibadah. Selain itu, Masjid Tiban juga dilengkapi dengan area parkir, berbagai spot foto menarik, fasilitas penunjang seperti toilet dan tempat istirahat terpisah antara pria dan wanita.
Baca berita terlengkap di Tabloid Inspirasi Pendidikan