Kab Malang, IP – Susanti dari KB Srigading, Precet, Sumbersuko, Kecamatan Wagir turut menjadi salah satu dari tujuh guru KB/TK yang mendapat penghargaan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang dengan masa jabatan paling lama.
Penghargaan tersebut ia terima usai mengabdikan diri bagi dunia pendidikan jenjang usia dini sejak tahun 2002 lalu, atau sudah sekitar 20 tahun lamanya.
Baca Juga:
Bupati Malang Siap Perjuangkan Bantuan bagi PAUD dan TK
Ninik Hariyati, Sosok Guru Sekaligus Pembina di Balik Prestasi Tari
Mengintip Kesejahteraan Guru Tidak Tetap di Malang Masih Ada Gaji di Bawah Rp 1 Juta
Penghargaan Pemkab Malang berikan dalam acara Gebyar Harmonisasi dan Aksi Daerah Konvergensi Penurunan Stunting dan Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUD-HI) di Stadion Kanjuruhan.
Saat ditemui Inspirasi Pendidikan, wanita yang sudah menginjak kepala lima ini sedang memberikan pengajaran kepada empat orang muridnya, Senin (19/9/2022).
Meski jumlah murid bisa dikatakan sedikit dan mengajar dalam ruang kelas yang luasnya tak seberapa, tampak ia tetap antusias menjalankan profesinya sebagai seorang pendidik.
“Iya mas benar, saya kemarin mendapat penghargaan. Cuma saya sakit, mudah pusing kalau di keramaian, takut terjadi apa-apa, jadi tidak bisa datang ke sana (Stadion Kanjuruhan, red),” ujarnya ramah.
Awal Mengajar Saat KB Srigading Baru Berdiri
Dengan ekspresi menahan sakit di bagian kepala, Santi tetap menyempatkan waktu untuk bercerita. Ia mengaku bahwa menjadi pengajar sudah sejak KB Srigading baru berdiri. Dengan demikian, lama Santi menjadi guru sama dengan usia lembaga pendidikan yang dirinya tempati tersebut.
“Saya sebenarnya bukan orang sini mas, suami juga tidak kerja di sini. Awalnya dulu ada PKBM yang ingin membuat PAUD di wilayah sini, karena dulu di sini lembaga PAUD itu enggak bisa bertahan lama. Ya hanya saya ini yang bisa bertahan lama,” tegasnya.
Saat awal berdiri, masih sedikit lembaga pendidikan di jenjang usia dini, sehingga pihaknya mampu menjaring sekitar 48 orang per rombongan belajar. Gurunya pun juga ada beberapa. Namun saat itu KB Srigading tidak memiliki gedung belajar sendiri.
Akan tetapi, usai memiliki gedung belajar sendiri, jumlah murid dari waktu ke waktu justru terus mengalami penurunan. Puncaknya di dua tahun belakangan, hingga pada tahun ajaran 2022/2023 akhirnya KB Srikandi hanya memiliki empat orang murid dengan Santi sebagai guru satu-satunya.
Penurunan murid terjadi karena beberapa faktor. Pertama karena sarana dan prasarana belajar yang kurang memadai, keterbatasan tenaga guru dan adanya lembaga-lembaga pendidikan lain yang baru saja terbentuk.
“Manusia itu kan punya pemikiran masing-masing, sehingga mungkin memilih di tempat lain dan di sini akhirnya muridnya berkurang,” tegas wanita kelahiran Lamongan ini.
Terus Mengajar Meski Banyak Kesulitan
Meski kondisinya semacam itu, mau tidak mau dia harus tetap mengajar. Selain karena jadi guru satu-satunya di KB Srigading, Santi kini juga menggantungkan hidup melalui lembaga yang ia perjuangkan selama puluhan tahun tersebut.
“Kalau dulu begitu muridnya menurun saya buka les, sebisa saya. Kalau les, satu anak satu hari itu cuma saya tarik 3.500 rupiah. Suami juga sudah pensiun, sekarang kerja ya seadanya,” tegas Santi.
“Memang sulitlah mas jadi guru PAUD itu, terutama tentang gaji yang tidak seberapa,” sambungnya.
Belum lagi masalah cibiran dari orang lain yang terkadang kurang enak untuk di dengar. Seperti melihat Santi sebagai sosok guru yang hanya mau ambil untung materi dari murid atau orang tua. Padahal panggilan mengajar memang dari hati, dengan melihat murid berkegiatan ia sudah merasa senang.
“Kadang ya gimana mas, kita ini mengajar bukan berjualan. Jadi masak mau ambil untung, kadang susahnya di situ, sudah kita dapatnya ini enggak seberapa, tapi malah jadi omongan,” katanya.
Santi lantas berharap, mendatang bisa ada perbaikan ruang belajar dan tambahan murid di KB Srigading. Dengan demikian pihaknya bisa terus berupaya untuk menambah tenaga pengajar demi memperbaiki kualitas pendidikan bagi masyarakat sekitar Baca berita selengkapnya di Tabloid Inspirasi Pendidikan