Kab Malang, IP – Terjadinya pandemi Covid-19 menyebabkan beragam permasalahan pada anak. Seperti dalam hal kepercayaan diri, kebersamaan, toleransi, dan hilangnya jiwa korsa yang berakibat pada terjadinya perilaku bullying.
“Adanya permasalahan-permasalahan yang diakibatkan dari dampak Covid-19 menyebabkan terjadinya bullying, karena anak-anak cenderung individu dan tidak adanya rasa kebersamaan maupun toleransi,” ujar Drs Edy Prayoga MMTi Kepala SMK Negeri 1 Turen.
Dilatar belakangi oleh permasalahan tersebut, Edy Prayoga menyusun inovasi pendidikan karakter dan anti bullying melalui “Sayber Pancangan Doa” akronim dari sayang, bersih, pandai, cantik, ganteng, dan doa.
Baca Juga :
MTs Ma’arif NU Kota Malang Dapat Pengetahuan Bullying dari Dosen UWG
Mahasiswa IAI Al-Qolam Malang Kolaborasi Gelar Webinar Stop Bullying
Ia menjelaskan, sayang di sini bukanlah sayang yang berlebihan dengan melakukan kontak fisik atau rasa sayang dengan menyertakan perasaan. Namun sayang dalam artian positif, yaitu apabila sayang satu, maka harus sayang pada semua.
“Sehingga tidak akan terjadi bullying di SMK Negeri 1 Turen dan guru maupun teman tidak diperkenankan melakukan kekerasan secara verbal maupun non verbal agar anak tidak menjadi down,” imbuh Edy.
Kemudian bersih. Adanya sikap bersih bermula dari anak-anak yang menganggap lingkungannya bersih, padahal ada sampah di tempat-tempat yang tak terlihat. Mereka cenderung membuang sampah di tempat yang tidak seharusnya.
“Hal itu yang mewujudkan adanya sikap bersih karena latar belakang SMK Negeri 1 Turen merupakan sekolah adiwiyata,” ucap Edy.
Ketiga konsep pandai. Menurutnya konsep pandai harus didasari oleh jiwa korsa anak-anak. Dalam artian ketika anak menyebut dirinya pandai, maka semua temannya juga pandai. Sebaliknya, ketika ada yang mengolok temannya bodoh, maka semuanya juga ikut bodoh Baca konten selengkapnya di Tabloid Inspirasi Pendidikan