Malang, IP – Semakin banyak Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang dinaungi oleh sekolah inklusi di Kota Malang, nyatanya belum diimbangi dengan jumlah tenaga pendidik yang memadai.
Baca Juga:Â
KB TK Laboratorium UM, Sekolah Inklusi Ramah ABK
Masih banyak sekolah inklusi kekurangan guru inklusi untuk memberi pendampingan kepada siswa berkebutuhan khusus. Tentu ini membuat sekolah inklusi kesulitan dalam menyediakan layanan pendidikan yang baik.
Kondisi tersebut pada akhirnya memotivasi UPT Layanan Pendidikan ABK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kota Malang untuk menggencarkan program Safari Inklusi.
“Hampir semua sekolah inklusi tenaganya kurang, sementara siswa berkebutuhan khusus semakin banyak. Dari data itulah maka lahirlah Safari Inklusi untuk mengejar kader-kader yang paham tentang ABK,” ucap Dzuriantan Rido’i SPd Terapis UPT Layanan Pendidikan ABK Dikbud Kota Malang.
Safari Inklusi dijalankan dengan memberi tiga layanan kepada sekolah-sekolah inklusi yang ada di Kota Malang. Mulai dari screening mobile, pelatihan (pengaderan) guru, hingga memberikan bekal buku saku inklusi sebagai pedoman guru kelas dalam melakukan pembelajaran siswa ABK di sekolah inklusi.
Untuk screening mobile, kata Rido, merupakan asesmen awal untuk melihat kelebihan dan kelemahan siswa dari berbagai aspek. Mulai dari aspek motorik anak, komunikasi, interaksi sosial, pemrosesan informasi serta aspek pemrosesan sensorik.
Sebagaimana namanya, screening mobile terlaksana dengan melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah inklusi jenjang PAUD, SD, dan SMP.
“Karena enggak semua tenaga guru mampu melakukan screening, jadi kita melakukan screening mobile ke sekolah untuk melihat Anak Berkebutuhan Khusus,” imbuhnya.
Lalu layanan pelatihan untuk mencetak kader guru-guru inklusi, pihaknya akan memberi sosialisasi dan pelatihan seputar cara mengenal ABK secara dini. Dengan begitu, siswa yang terindikasi sebagai ABK bisa lebih cepat dilakukan intervensi Baca konten selengkapnya di Tabloid Inspirasi Pendidikan Edisi 112