Melalui rapat pleno Muscab bulan Februari lalu, Hery Sunarko resmi menjabat sebagai Ketua Kwarcab Pramuka Kota Malang periode 2020 – 2025. Terpilihnya Hery Sunarko ini, sekaligus menjadi sejarah baru bagi pramuka Kota Malang. Karena dalam kepengurusannya, baru pertama kali ini posisi ketua diduduki seseorang yang memang dibesarkan oleh dunia pramuka.
“Sebelumnya yang menjadi ketua selalu pejabat, minimal wakil wali kota atau dari sekda.” jelas Hery Sunarko, Selasa (18/8)
Pria kelahiran tahun 1966 ini, memang sudah menekuni dunia pramuka sejak belia. Saat baru menginjak usia SD, dia sudah aktif sebagai kurcaci (sekarang pramuka siaga) yang dibina langsung ibunya sendiri. Dari seorang ibu yang dulu menjadi pelatih Kwartir Cabang Kota Malang ini, Hery mulai lebih dalam mengenal dan mencintai dunia pramuka.
Hasil dari binaan itu, membuat Hery mendapatkan pendidikan karakter pramuka sejak dini. Karakter pramuka ini terus terbentuk, hingga dalam perjalanannya, dia selalu mendapat kepercayaan menjadi ketua dalam berbagai bidang. Baik pada bidang pramuka maupun non pramuka.
Misal saat SD, Hery sudah menjadi ketua regu pramuka. Ketika duduk di bangku SMP, dia dipercaya menjadi ketua dewan galang pramuka, dan saat itu juga merangkap menjadi OSIS. Menginjak tingkat SMA, Hery kembali terpilih menjadi ketua MPK. Tidak berhenti sampai disitu, saat menginjak perguruan tinggi. Pria yang mendapatkan pendidikan karakter dari pramuka ini, juga mendapatkan kepercayaan sebagai ketua senat mahasiswa fakultas pertama di IKIP PGRI.
“Di pramuka itu, waktu SMA sampai mahasiswa saya menjadi ketua Dewan Kerja Ranting (DKR) selama 6 tahun. Jadi dua periode. Kemudian khusus di SMAN 4 ini, alhamdulilah saya berhasil mendirikan Paskibraka tertua di Kota Malang. Jadi satu-satunya Paskibraka tertua di Kota Malang. Itu saya dirikan pada tanggal 17 Januari 1984.” tutur Hery
Lebih lanjut Heri menjelaskan, bahwa pramuka merupakan organisasi penerus dari sistem pendidikan kepanduan. Sejarah singkat pendidikan kepanduan (boy scout), awalnya dideklarasikan lewat perkemahan di Brown Sea, Inggris oleh Baden Powell. Kemudian dikenalkan oleh Inggris kepada negara-negara “jajahan”. Kemudian diadopsi oleh Belanda, dan dikenalkan kepada Indonesia melalui NIPV (Nederland Indische Padvinders Vereeniging). Sejak saat itu pramuka mulai dikembangkan oleh tokoh-tokoh Indonesia dan terus bertahan hingga sekarang.
Semenjak pandemi Covid-19 kegiatan pramuka yang identik dengan kegiatan outdoor. Berubah lebih banyak pada kegiatan daring. “Kegiatan pramuka identik dengan alam bebas. Namun, akibat kondisi Covid-19, pendidikan pramuka jadi kurang mengena. Untuk itu kegiatan-kegiatan tatap muka masih perlu dilakukan. Apalagi pembelajaran dalam bentuk praktik” ujar pecinta pramuka ini
Menurutnya, kegiatan pramuka tetap harus sesuai dengan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Karena pemerintah dalam struktur pramuka merupakan Majelis Pembimbing. Dari hal itu, diharapkan pramuka juga ikut andil dalam pemutusan rantai penyebaran Covid-19. Walaupun saat daring pendidikan pramuka tidak bisa berjalan dengan maksimal.
Tidak semua kegiatan pramuka bisa diselesaikan secara daring, terutama jika sifatnya praktik. Jadi pembelajaran praktik tetap harus tatap muka. Misalnya kegiatan pembelajaran pertolongan pertama dan IMPK (Ilmu medan peta kompas), kalau didaringkan memang bisa secara teori. Namun tetap perlu praktik, sehingga pramuka harus bisa menyikapi.
“Kegiatan pramuka memang dengan daring, tapi sewaktu-waktu juga perlu tatap muka. Tetapi tetap dengan protokol kesehatan” ujar Hery.(was)