Jabatan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang yang sempat kosong karena ditinggal Zubaidah yang purna tugas, akhirnya terisi. Pengganti Zubaidah adalah Suwarjana, SEZ M.M yang sebelumnya Kepala Dinas Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Malang. Suwarjana dilantik Wali Kota Malang, Sutiaji, pada Senin (8/2) lalu. Kepada Inspirasi Pendidikan di ruang kerjanya, Jumat (19/2) dia memaparkan fokus pengembangan dunia pendidikan Kota Malang.
Bagi Suwarjana, ada tiga kata yang menjadi kunci fokus yang akan digarap untuk mengembangkan dunia pendidikan. Tiga kata itu yakni Pendidikan Budi Pekerti.
“Pendidikan Budi Pekerti menurut saya sangat penting karena pada masa sekarang, budi pekerti generasi muda sudah mulai luntur. Peningkatan pendidikan budi pekerti akan kita lakukan mulai dari TK, SD, SMP hingga SMA,” tuturnya mengawali perbincangan.
Tahap pertama yang dilakukan pria kelahiran Bantul, Yogyakarta baru sampai pada kegiatan koordinasi bersama pengawas sekolah, MKKS, hingga Kepala Sekolah mulai SD hingga SMP di Kota Malang. Kegiatan ini untuk menampung aspirasi, sehingga pendidikan karakter mampu dijalankan dengan tepat.
“Harapannya bisa berjalan sesuai target. Makanya strategi kami nantinya akan membuat sebuah modul yang bakal dimasukkan dalam mata pelajaran. Kami juga akan menggandeng teman-teman DPKM (Dewan Pendidikan Kota Malang), pengawas, dan narasumber. Kemudian kami juga akan melakukan Diklat guru,” tegasnya.
Suwarjana menambahkan, untuk modul pembelajaran, pihaknya belum bisa memastikan bakal diberikan secara gratis atau tidak.
Hal itu disebabkan anggaran pendidikan Kota Malang sudah ditentukan, dan untuk modul pembelajaran bisa dianggarkan melalui dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah).
“Minimal ada dana BOS dan BOSNAS. Mungkin nanti bisa dianggarkan lewat situ,” tambahnya.
Pria 54 Tahun ini melanjutkan, pendidikan di Kota Malang saat ini sudah berjalan baik dengan mutu yang tidak kalah dibandingkan dengan kota-kota lain. Hanya saja masih perlu peningkatan pendidikan karakter dengan peningkatan budi pekerti dan pendidikan kebangsaan sebagaimana dulu P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).
“Mohon maaf, sekarang anak muda lewat di depan kita yang lebih tua biasa saja. Padahal dulu (anak-anak) selalu hormat. Lalu anak memberikan barang, belum tentu diberikan lewat tangan kanan. Itu hal-hal kecil, yang mulai luntur. Dengan tidak adanya UN, pendidikan budi pekerti ini juga menjadi penilaian keseharian untuk mempertimbangkan kelulusan siswa,” katanya mencontohkan.
Tak heran Suwarjana begitu peduli dengan budi pekerti.
Selain berasal dari lingkungan Jawa yang kental, Suwarjana juga dikenal sebagai pembawa acara bahasa Jawa untuk prosesi pengantin. Dia sangat menguasai adat dan budaya Jawa yang terkenal adiluhung.
Selain tentang Pendidikan Budi Pekerti, Suwarjana juga mengakui kekurangan distribusi guru ASN (Aparatur Sipil Negara) Kota Malang, sehingga saat ini masih diisi oleh guru honorer. Menurutnya, hal tersebut menjadi masalah yang dari dulu belum terselesaikan sepenuhnya.
Untuk saat ini pemerintah sudah membuat sebuah formulasi, yang diharapkan dapat menjadi solusi terkait permasalahan tersebut.
“Dari dulu problematiknya memang kekurangan guru PNS, tapi sekarang guru kan tidak harus ASN karena sudah ada P3K (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja). Kemarin saja dari kami sudah ada 73 yang diterima P3K. Kewajiban, gaji dan hak-haknya sama.
Hanya yang membedakan dengan ASN, tidak ada uang pensiun. Ini pemerintah juga akan mencanangkan akan mengangkat lagi P3K,” ungkapnya.Dia mengungkapkan untuk Kota Malang, distribusi guru ASN di Kota Malang untuk saat ini bukan menjadi problem yang mendesak.
Hal ini karena pemerintah Kota Malang memberikan pendanaan lewat TPOK (Tenaga Pendukung Operasional Kerja) atau honorer, dengan dana yang ada dan sedang diusahakan sesuai dengan UMR.
“Kota Malang adalah Kota Pendidikan, sehingga kami saling membahu dengan teman-teman DPKM, kepala sekolah, guru, dan pemangku kebijakan. Saya harap masyarakat bisa berpikir cerdas.
Kasih kesempatan bagi kami, jangan hanya mengoreksi jeleknya. Tapi kami juga tidak tabu untuk diberi masukan,” pesannya lewat Inspirasi Pendidikan. (was)