Mengenal Saung Kanak Sebagai Media Sastra Digital

0
Dokumentasi kegiatan Saung Kanak. (Foto: Ist/IP)

Malang, IP – Bermula dari proses kontemplasi yang cukup panjang, lahirlah sebuah wadah bagi mimpi-mimpi dan imajinasi anak kecil. Wadah ini bernama Saung Kanak, sebuah media cerita digital bagi anak untuk mewadahi kebutuhan imajinasi mereka.

Nama Saung Kanak dipilih, karena merujuk pada bentuk saung yang berarti rumah sederhana tetapi bisa mewadahi mimpi-mimpi yang tinggi.

Saung Kanak didirikan oleh Rizka Amaliah, wanita yang memang sudah lama menggeluti bidang cerita anak. Minatnya terhadap cerita anak semakin berkembang ketika ia berkuliah di Prodi Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Daerah. Saat berkuliah, ia mulai memfokuskan penelitian di bidang sastra anak.

“Istilahnya passion-ku arahnya ke situ,” ungkap Rizka kepada Inspirasi Pendidikan.

Di tahun 2022, Rizka mulai melihat potensi perkembangan sastra anak. Namun, kebanyakan muatan buku cerita yang beredar adalah cerita klasik dan terjemahan.

Baca juga :

Komunitas Preman Mengajar Mantan Preman Pun Tebar Manfaat

Komunitas Arek Tlogo Komitmen Tingkatkan Pemberdayaan Ekonomi di Tirtoyudo, Kabupaten Malang

Komunitas Rumah Sahabat Wadah Disabilitas dalam Berkarya

 

“Kalau mengobrol sama teman-teman yang passion-nya di sastra anak, bahan bacaan atau buku cerita anak yang pertama kali dibaca pasti buku terjemahan,” katanya.

Melihat itu, ia sangat menyayangkan jika anak-anak Indonesia tak memiliki banyak referensi bacaan yang bukan dari Indonesia sendiri. Padahal, potensi cerita-cerita lokal Indonesia bisa jauh lebih berkembang untuk dilahirkan kembali dalam bentuk cerita anak.

Rizka sudah cukup lama memperhatikan lika-liku sastra anak, ia pun menilai belum ada buku berbasis terjemahan yang membekas pada diri anak Indonesia. Dari situlah, Rizka mulai berpikir membuat terobosan agar bisa produktif dan memberi sumbangsih bagi anak-anak.

Dari Website Menjadi Komunitas

Di bidang kepenulisan misalnya, Rizka sudah sering menulis di beberapa platform digital maupun media online. Beberapa karya miliknya juga pernah diluncurkan melalui penerbit.

Pengalaman tersebut, lantas membuatnya semakin matang memikirkan media untuk cerita-cerita anak yang mudah diakses oleh seluruh anak di Indonesia. Dalam hal ini, Rizka mulai membuat situs bernama Saung Kanak. Isinya adalah cerita-cerita anak seperti cerpen, fabel, cerbung, maupun puisi anak.

Mula-mula Rizka hanya seorang diri mengisi konten-konten cerita di situs itu. Ia memiliki dua nama, satu sebagai nama asli dan satunya sebagai nama pena. Hampir setiap pekan ia bergantian menggunakan nama itu untuk mengisi konten.

“Waktu itu, Saung Kanak dimulai dari website dulu bukan komunitas. Jadi aku sendirian di jalan sepi menuju mimpi tadi,” ungkapnya.

Berjalannya waktu Saung Kanak telah berkembang menjadi sebuah komunitas yang menggeluti bidang sastra anak. Rizka yang mulanya bergerak sendiri, perlahan mengajak beberapa teman pada bidang serupa untuk ikut bergerak bersama di Saung Kanak.

Sekarang ada sekitar 15 orang yang telah menjadi anggota tetap. Selain itu, Saung Kanak juga memiliki beberapa program keanggotaan seperti partnership dan kontributor.

Tahun Depan Ingin Rilis Divisi Baru

Untuk susunan komunitas, Rizka mengaku ada tiga divisi yang menjadi aktor penting dari Saung Kanak. Yaitu divisi penulis, divisi audio, dan divisi ilustrator. Ini karena Saung Kanak yang awalnya hanya berisi tulisan-tulisan, kini mulai berkembang dengan konten yang menggunakan media audio.

“Berikutnya yang bakalan kami rilis di tahun depan itu adalah divisi musik dan lagu anak. Karena kami sedang merencanakan membuat lagu anak-anak dalam bentuk audio visual, ya nanti mungkin bisa launching via Youtube atau media sosial dulu sebelum jadi satu album,” jelas Rizka. Baca konten selengkapnya di Tabloid Inspirasi Pendidikan Edisi 110

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News