
Malang, IP – Kota Malang merupakan salah satu kota di Indonesia yang kaya akan peninggalan arsitektur kolonial Belanda. Sejarah panjang kota ini sebagai pusat administrasi dan permukiman bangsa Eropa selama masa penjajahan menjadikan Malang sebagai etalase terbuka dari gaya arsitektur kolonial yang khas.
Baca Juga :
Kebangkitan Musik Rock di Malang Dari Kacamata Rocker Cilik
Sanggar Murtitomo, Wadah Inspirasi dan Pendidikan Seni Bagi Anak Muda
Perkembangan arsitektur kolonial Belanda di Malang tidak terlepas dari transformasi kota ini sejak akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, ketika Belanda mulai menata kawasan ini secara sistematis sebagai kota modern di Hindia Belanda.
Malang mulai berkembang pesat sejak dibukanya jalur kereta api Surabaya-Malang pada tahun 1879. Infrastruktur transportasi tersebut mempercepat pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi.
Sebagai bagian dari strategi kolonial, Belanda membangun pemukiman elite untuk orang Eropa di kawasan yang kini dikenal sebagai Ijen Boulevard, serta infrastruktur pemerintahan, pendidikan, dan perhotelan yang mengikuti prinsip-prinsip tata kota Barat.
Seperti yang ada pada buku perkembangan dan arsitektur kolonial belanda di Malang, gaya arsitektur yang diterapkan di Malang mencerminkan adaptasi terhadap kondisi tropis di Indonesia. Bangunan kolonial di kota ini umumnya menggunakan gaya indische empire, yang merupakan penggabungan antara arsitektur klasik Eropa dengan elemen lokal.
Bangunan-bangunan tersebut ditandai oleh atap tinggi dan curam, serambi luas, jendela dan pintu berukuran besar, serta sistem ventilasi silang yang efektif. Semua unsur ini berfungsi untuk mengatasi iklim panas dan lembap, sekaligus mempertahankan estetika kolonial yang megah dan simetris Baca konten selengkapnya versi cetak di Tabloid Inspirasi Pendidikan Edisi 142
Total Kunjungan: 146